Додому Різне Pemotongan Belanja Barang Mewah: Apa yang Dilewatkan Bahkan oleh Orang Kaya di...

Pemotongan Belanja Barang Mewah: Apa yang Dilewatkan Bahkan oleh Orang Kaya di Tahun 2025

Iklim ekonomi sedang berubah, dan bahkan individu-individu dengan kekayaan bersih tinggi pun menyesuaikan kebiasaan belanja mereka. Meskipun pembelian barang mewah dulunya dianggap sebagai sesuatu yang wajar bagi kelompok kaya, beberapa bidang utama kini menghadapi pengurangan karena meningkatnya ketidakpastian. Ini bukan tentang berjuang untuk membeli kebutuhan pokok; ini tentang mengevaluasi kembali pengeluaran diskresi di pasar yang bergejolak.

Rumah Liburan: Prioritas yang Menurun

Rumah kedua dan ketiga adalah salah satu kemewahan pertama yang dipertimbangkan kembali. Suku bunga yang tinggi, kenaikan pajak properti, dan tantangan logistik dalam mengelola banyak properti mendorong tren ini. Seperti yang dijelaskan oleh Keith L. Magness, CEO Magness Law, keluarga kaya kini cenderung tidak menanggung beban keuangan untuk properti liburan. Hal ini mencerminkan pergeseran yang lebih luas ke arah kehati-hatian finansial, bahkan di antara mereka yang secara teknis mampu melakukan pemborosan.

Teknologi Rumah Pintar: Memperdagangkan Kompleksitas demi Kesederhanaan

Kegilaan terhadap “rumah pintar” mulai kehilangan semangatnya. Banyak pemilik rumah, berapapun pendapatannya, mengalami “kelelahan teknologi”, lelah mengelola aplikasi yang tak terhitung jumlahnya dan sistem yang tidak dapat diandalkan. Daysi Hernandez, asisten desain interior di Boudreaux Design Studio, mencatat meningkatnya keinginan akan kesederhanaan. Alih-alih konektivitas tanpa akhir, banyak yang memilih ruang fungsional dan abadi, sehingga mengurangi biaya dan ketergantungan digital.

Furnitur: Menunda Peningkatan

Pembelian furnitur baru mengalami penundaan di seluruh sektor, termasuk di kalangan orang kaya. Melanie Musson, pakar keuangan di Quote.com, mengamati bahwa konsumen kaya lebih memilih uang tunai daripada membeli ulang barang-barang. Hal ini menunjukkan pendekatan yang hati-hati terhadap pengeluaran yang tidak penting, yang didorong oleh ketidakpastian ekonomi.

Mode Kelas Atas: Nilai Dibanding Tren

Bahkan pembeli fesyen mewah pun menjadi lebih selektif. Bobby Ghoshal, CEO Dupe.com, menyatakan bahwa konsumen kaya kini mencari penawaran dan memprioritaskan barang-barang kebutuhan pokok dibandingkan pembelian yang didorong oleh tren. Fokusnya adalah beralih dari konsumsi yang berlebihan ke investasi yang lebih praktis pada barang-barang yang tahan lama.

Perjalanan: Memikirkan Kembali Pengalaman Ultra-Premium

Kegiatan wisata mewah juga dikurangi. Inflasi telah membuat perjalanan mewah ke destinasi seperti Roma atau Bahama menjadi kurang menarik, bahkan bagi mereka yang mampu dengan mudah membelinya. Ghoshal menjelaskan bahwa konsumen kaya menjadi lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang untuk hal-hal yang mereka anggap sebagai “pengalaman yang sia-sia”.

Mobil Kolektor: Pasar yang Melambat

Pasar mobil klasik, yang dulunya merupakan tempat bermain favorit bagi orang kaya, kini mengalami perlambatan. Melanie Musson mengamati bahwa individu dengan kekayaan bersih tinggi kurang bersemangat untuk memperluas koleksinya, menunggu stabilitas pasar sebelum melakukan investasi besar. Hal ini menunjukkan kesediaan untuk menunda pembelian hingga kondisi membaik.

Kesimpulannya, pergeseran belanja barang mewah mencerminkan tren kehati-hatian finansial yang lebih luas di semua tingkat pendapatan. Bahkan kelompok terkaya pun memprioritaskan stabilitas dan nilai dibandingkan pembelian berlebihan dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu. Kalibrasi ulang ini menunjukkan bahwa konsumsi barang mewah tidak kebal terhadap tekanan eksternal, dan bahkan kelompok paling kaya pun mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan baru.

Exit mobile version